Kota Berketahanan Iklim
yang Inklusif

Select your language

Dua kota percontohan Climate Resilient and Inclusive Cities (CRIC) di Samarinda dan Banjarmasin baru-baru ini mendapat penghargaan dari Direktorat Jenderal PPI, KLHK atas upaya mereka melaksanakan Proklim.

Sindang Sari merupakan kelurahan di Samarinda yang menerima penghargaan Proklim terbaru kategori Lestari, penghargaan dan pengakuan tertinggi di Proklim. Secara total, 13 kelurahan di Samarinda telah terdaftar di Proklim per tahun 2022, dengan 1 kelurahan menerima Proklim Award kategori Lestari, 5 penghargaan kategori Utama dan 7 penghargaan kategori Madya.

Desa Sindang Sari telah melakukan banyak inisiatif bermanfaat dalam mengurangi dampak perubahan iklim. Beberapa inisiatif tersebut adalah inisiatif pengomposan, 3R (reduce, reuse, recycle), bank sampah, dan produksi eco enzymes (EE). Kegiatan Proklim dan CRIC terkait erat. Kedua proyek mempromosikan aksi mitigasi dan adaptasi dari perencanaan hingga implementasi.

Contoh upaya mitigasi yang diterapkan di Sindang Sari antara lain pengomposan, pengelolaan sampah, reboisasi, tindakan penghematan energi dari penggantian bohlam lama dengan lampu hemat energi, penggunaan kompor hemat energi, pengelolaan sampah padat dan bank sampah.

Sedangkan upaya adaptasi di desa Sindang Sari meliputi penanaman hidroponik, pengembangan biopori, pemanfaatan dan pemanenan air hujan termasuk perlindungan mata air untuk melindungi masyarakat dari kekeringan dan musim kemarau.

Nurahmani atau Yama, Kepala Departemen Lingkungan Hidup Samarinda, yang juga Sekretaris Pokja CRIC menyebutkan bahwa membuat kemajuan dan aksi secara berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat menjadi kunci pencapaian Samarinda di Proklim Award.

Samarinda juga menginisiasi penta-helix corporation antara pemerintah, masyarakat dan lembaga dengan menggunakan dana CSR untuk menghasilkan pendapatan tambahan bagi masyarakat melalui penanaman pohon buah-buahan dan mengembangkan fasilitas produktif seperti kolam pemancingan di wilayah tersebut.

Yama mengatakan, perbaikan pengelolaan sampah dan aksi iklim perkotaan masih menjadi tantangan terbesar bagi Kota Samarinda. Dengan demikian, Sindang Sari Proklim sebagai bagian dari kegiatan desa berketahanan iklim dapat mendukung dan bersinergi dengan kegiatan CRIC termasuk untuk inisiatif adaptasi dan mitigasi. "Saya berharap ke depan kedua program ini dapat mendukung pemerintah kota untuk melakukan kegiatan iklim dan rencana aksi termasuk dalam mengurangi emisi gas rumah kaca," kata Yama.

Banjarmasin

Kota CRIC lainnya, Kota Banjarmasin juga menerima Proklim Awards dalam beberapa kategori berbeda. Banjarmasin meraih 21 penghargaan kategori Utama dan 30 penghargaan kategori Madya per 2022.

Banjarmasin saat ini memiliki 6 desa yang mengelola pusat daur ulang skala rumah tangga sederhana, di mana masyarakat membuat kompos organik di rumah dan menjual kompos kepada konsumen yang membutuhkan. Dalam skala kota, beberapa pusat daur ulang kota juga telah dibangun.

Kota Banjarmasin bersama Proklim dan Dinas Lingkungan Hidup juga telah menginisiasi "Maharagu Sungai", sebuah program di mana para pemangku kepentingan kota menjaga kebersihan 75 sungai di kota sekaligus menciptakan dan menyediakan dana untuk melatih para pemangku sungai" atau mereka yang berkepentingan dengan sungai tersebut.

Wahyu Hardi Cahyono, Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Banjarmasin menyebutkan bahwa program Maharagu Sungai kini tidak hanya menjadi ajang lingkungan tetapi juga inisiatif ekowisata yang menarik wisatawan untuk datang dan menikmati keindahan pemandangan sungai dan tepi sungai Banjarmasin dengan hiburan seperti wisata perahu dan fasilitas perikanan. Inisiatif ekowisata ini juga akan menghasilkan pendapatan tambahan bagi masyarakat.

Wahyu berharap Proyek CRIC dapat menciptakan sinergi dengan rencana Proklim kota sehingga kedua proyek ini (CRIC dan Proklim) dapat mendukung kota dalam menyusun rencana aksi iklim dan RPPLH (Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan) di masa depan. Seiring dengan pelatihan mitigasi dan adaptasi iklim, penyusunan rencana aksi iklim menjadi salah satu kegiatan utama CRIC. "Rencana tersebut dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim di Kota Banjarmasin," tutup Wahyu.

Menurut Wahyu, perencanaan dan pelaksanaan program perubahan iklim dan rencana aksi daerah dapat dilakukan oleh SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah dan masyarakat.  "Mereka sudah tahu bagaimana membungkus rencana dan program dan membuatnya bekerja secara harmonis," ujar Wahyu.

Sejak tahun 2018, Kota Banjarmasin telah memulai berbagai kegiatan adaptasi dan mitigasi mulai dari sosialisasi hingga implementasi di lapangan. Kota dan masyarakatnya juga telah melakukan beberapa aksi, didukung oleh kebijakan dan program kota, untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim.

Misalnya, Dinas Lingkungan Hidup Kota telah secara proaktif memfasilitasi hari bebas kendaraan bermotor, pengujian emisi untuk sumber bergerak dan tidak bergerak, dan memantau gas rumah kaca di industri dan perusahaan. Pemerintah kota Banjarmasin juga akan meminta perusahaan untuk menghitung emisi CO2 mereka dari boiler atau pembangkit listrik, dan bekerja untuk menguranginya. Kota Banjarmasin secara total telah menerima 51 penghargaan Proklim di 51 desa antara tahun 2019 hingga 2022.

Penghargaan Proklim untuk Kota Samarinda dan Banjarmasin menjadi bukti bahwa pemangku kepentingan di kedua kota – pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta – sudah menyadari dampak berbahaya dari perubahan iklim dan – dengan bantuan dari proyek lain seperti CRIC – mulai bertindak untuk mengurangi dan beradaptasi dengan risiko iklim.

--##--

* Artikel ini ditulis oleh Kesuma Yanti, Field Officer (FO) CRIC untuk Kota Samarinda dan Kota Banjarmasin.

CRIC
Kerjasama unik antara kota, pejabat, organisasi masyarakat sipil, dan akademisi menuju kota yang tangguh dan inklusif.

Didanai oleh UE

CRIC
Proyek ini didanai oleh Uni Eropa

Kontak

Hizbullah Arief
hizbullah.arief@uclg-aspac.org

Pascaline Gaborit 
pascaline@pilot4dev.com