Pangkalpinang adalah kota yang rawan banjir. Kawasan Kampung Bintang, kecamatan Rangkui menjadi wilayah yang terdampak paling buruk dengan 49 peristiwa banjir pada 2019.
Dunia menghadapi serangkaian risiko baru dan risiko yang sudah sangat akrab di telinga. Risiko terbaru adalah kenaikan biaya hidup yang saat ini sudah mulai dirasakan oleh masyarakat di seluruh dunia.
Baca artikel Pascaline Gaborit (Direktur, Pilot4DEV) terbaru, “Resilience and Climate Disaster Management in Cities: Transformative Change and Conflicts”, di Journal of Peace Building and Development pada 24 November 2022..
Planet kita menghadapi krisis tiga planet di tengah pandemi COVID-19 dan ketidakstabilan geopolitik. Krisis ini menghambat pencapaian SDGs di seluruh dunia. Krisis tiga planet tersebut adalah: perubahan iklim, polusi dan hilangnya keanekaragaman hayati.
CRIC menfasilitasi penyusunan rencana aksi iklim di melalui pelatihan adaptasi iklim (A1) pertama yang membahas Basis Ilmiah Perubahan Iklim serta Risiko dan Kerentanan Iklim. Acara ini diselenggarakan dari tanggal 29 – 30 November 2022.
Dua kota percontohan Climate Resilient and Inclusive Cities (CRIC) di Samarinda dan Banjarmasin baru-baru ini mendapat penghargaan dari Direktorat Jenderal PPI, KLHK atas upaya mereka melaksanakan Proklim.
Publikasi ini didanai oleh proyek Climate Resilient and Inclusive Cities (CRIC), yang berkolaborasi antara UCLG ASPAC, Pilot4DEV, ACR+, ECOLISE, AIILSG dan Gustave Eiffel University (Paris, Prancis).
Pangkalpinang adalah kota yang rawan banjir. Kawasan Kampung Bintang, kecamatan Rangkui menjadi wilayah yang terdampak paling buruk dengan 49 peristiwa banjir pada 2019.
Sebuah laporan multi-lembaga terbaru yang dikoordinasikan oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), menyoroti kembali peran kota dalam mendukung aksi iklim.
Kota-kota pesisir Indonesia dihadapkan pada tugas ganda: segera menghadapi urbanisasi dan beradaptasi terhadap bencana iklim.
Proyek CRIC didanai oleh Uni Eropa dan berlangsung 5 tahun dari 2020 hingga 2024. Proyek ini menginisiasi kemitraan jangka panjang melalui kerja sama antara kota-kota dan pusat penelitian di Eropa, Asia Selatan (India, Nepal, Bangladesh) dan Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand).
Pelaksanaan proyek akan berkontribusi pada pembangunan perkotaan yang terpadu dan berkelanjutan, perbaikan tata kelola, aksi adaptasi/mitigasi iklim melalui kemitraan jangka panjang, ketersediaan rencana aksi iklim daerah, sistem peringatan dini, pemantauan kualitas udara dan pengelolaan limbah melalui konsultasi dengan panel para ahli.
Proyek ini menyasar pemerintah kota dan seluruh pemangku kepentingan di perkotaan yang terlibat dalam isu perubahan iklim dan tata kelola. Perbaikan tata kelola iklim pada akhirnya akan bermanfaat bagi seluruh masyarakat, termasuk kelompok marjinal, perempuan, sektor swasta dan lain-lain.
To know more about the knowledge
More info
Kerjasama unik antara kota, pejabat, organisasi masyarakat sipil, dan akademisi menuju kota yang tangguh dan inklusif.
Proyek ini didanai oleh Uni Eropa
Hizbullah Arief
hizbullah.arief@uclg-aspac.org
Pascaline Gaborit
pascaline@pilot4dev.com