Kota Berketahanan Iklim
yang Inklusif

Select your language

Sebuah laporan multi-lembaga terbaru yang dikoordinasikan oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), menyoroti kembali peran kota dalam mendukung aksi iklim.

Laporan berjudul "United in Science", yang dirilis di Jenewa, 13 September 2022, ini menyatakan konsentrasi gas rumah kaca terus meningkat ke rekor tertinggi. Laporan ini menyoroti kondisi suhu global, prediksi iklim dan titik kritisnya, dampak cuaca ekstrem, serta sistem peringatan dini.

Laporan ini juga menyoroti dampak Perubahan Iklim di perkotaan yang diambil dari analisis oleh Urban Climate Change Research Network. Kota-kota – rumah bagi 55% populasi global, atau 4,2 miliar orang – bertanggung jawab atas hingga 70% emisi yang disebabkan oleh manusia. Sementara itu kota juga sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim seperti peningkatan curah hujan lebat, percepatan kenaikan permukaan laut, banjir di wilayah pesisir yang akut dan kronis dan panas ekstrem, di antara risiko-risiko utama yang lain. Dampak ini memperburuk kondisi sosial ekonomi dan ketidaksetaraan di perkotaan.

Secara global, pada tahun 2050-an, lebih dari 1,6 miliar orang yang tinggal di lebih dari 970 kota, akan terus terpapar suhu rata-rata per 3 bulan yang mencapai setidaknya 35 °C (95 °F).

Menurut laporan “United in Science”, kota-kota, yang didukung oleh jaringan seperti Urban Climate Change Research Network (UCCRN), Global Covenant of Mayors (GCoM), C40, International Council for Local Environmental Initiatives (ICLEI), United Cities and Local Governments (UCLG), dan lainnya, dapat secara efektif mengembangkan kapasitas manajerial dan tata kelola yang diperlukan untuk memenuhi target aksi iklim sesuai yang disyaratkan oleh Persetujuan Paris dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) No.11 atau SDG 11 tentang:  Kota dan Komunitas Berkelanjutan.

Saat ini, sebanyak 1.676 kota dan 146 wilayah (regions), yang menyumbang lebih dari 14% populasi global, telah berjanji untuk mencapai emisi nol bersih (Data-Driven EnviroLab, 2022). Ini menunjukkan harapan yang besar; namun, mereka – kota dan wilayah tersebut - harus mengubah janji menjadi dukungan politik yang lebih besar dan melakukan aksi implementasi transformatif.

Perencanaan dan investasi inklusif iklim dalam sistem sosial dan ekologi, membangun infrastruktur hijau dan abu-abu (green and grey infrastructures), layanan kesehatan, dan mendorong kemajuan teknologi berpotensi signifikan untuk meningkatkan kapasitas adaptif kota. Masyarakat berpenghasilan rendah dan terpinggirkan serta wilayah metropolitan di sekitarnya, harus dilibatkan dalam seluruh proses pengambilan keputusan terkait perubahan iklim.

Laporan “United in Science” menyimpulkan, bahwa kota memiliki peran penting dalam mengatasi perubahan iklim dengan menerapkan tindakan mitigasi yang inklusif, mendesak dan ditingkatkan serta meningkatkan kapasitas adaptif bagi miliaran penduduk mereka. Sekaranglah saatnya untuk mengintegrasikan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, dengan menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan, dalam lingkungan perkotaan yang selalu dinamis.

--##--

CRIC
Kerjasama unik antara kota, pejabat, organisasi masyarakat sipil, dan akademisi menuju kota yang tangguh dan inklusif.

Didanai oleh UE

CRIC
Proyek ini didanai oleh Uni Eropa

Kontak

Hizbullah Arief
hizbullah.arief@uclg-aspac.org

Pascaline Gaborit 
pascaline@pilot4dev.com