Kota Berketahanan Iklim
yang Inklusif

Select your language

Planet kita menghadapi krisis tiga planet di tengah pandemi COVID-19 dan ketidakstabilan geopolitik. Krisis ini menghambat pencapaian SDGs di seluruh dunia. Krisis tiga planet tersebut adalah: perubahan iklim, polusi dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Kondisi perubahan iklim yang mengancam jiwa, akan berdampak pada 50-75% populasi dunia pada akhir abad ini. Sementara polusi, terutama polusi udara membunuh lebih dari 4,2 juta orang di seluruh dunia; dan lebih dari 1 juta spesies kini menghadapi kepunahan yang menggarisbawahi proses hilangnya keanekaragaman hayati.

Peringatan di atas disampaikan oleh Suharso Monoarfa, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Indonesia pada sambutan pembukaan SDGs Annual Conference (SAC) 2022: Leveraging Real Actions in Green Economy to Achieve SDGs, Kamis, 1 Desember 2022.

Suharso menyatakan, dalam konteks Indonesia,  perubahan iklim telah meningkatkan peristiwa hidrometeorologi ekstrem di Indonesia antara tahun 2011 dan 2021. "Ada 5.402 kejadian bencana pada 2021 saja dan 99% adalah bencana hidrometeorologi," katanya.

Bappenas telah menghitung potensi kerugian ekonomi akibat perubahan iklim antara 2020-2024 yang bisa mencapai Rp 544 triliun jika tidak ada tindakan lebih lanjut (business as usual) untuk memitigasi dan beradaptasi dengan krisis iklim ini. "Indonesia dapat menghindari potensi kerugian ekonomi sebesar Rp281,9 triliun pada tahun 2024 dengan mengadopsi kebijakan untuk meningkatkan ketahanan iklim," ujar Suharso.

Menurut Pasal 3.4 UNFCCC, integrasi pembangunan ekonomi rendah karbon dan tahan iklim adalah tulang punggung implementasi ekonomi hijau. Suharso menyebutkan bahwa Indonesia telah berkomitmen lebih jauh dengan menggabungkan konsep ekonomi hijau dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJMN) 2020-2024.

Indonesia akan mendapatkan potensi manfaat yang melimpah jika menerapkan prinsip ekonomi hijau ini. Penelitian oleh Bappenas menemukan bahwa Indonesia bisa mengurangi 87-96 miliar emisi setara CO2 dari 2021-2060 pada saat yang sama menumbuhkan PDB-nya sebesar 6,1-6,5% per tahun dengan menerapkan ekonomi hijau.  "Indonesia juga akan menciptakan 1,8 juta pekerjaan hijau baru pada tahun 2030 di sektor energi dan sektor lain seperti kendaraan listrik, restorasi lahan, dan limbah," kata Suharso. Semua upaya penerapan ekonomi hijau ini menurut Suharso juga akan bermanfaat dalam pencapaian SDGs di Indonesia.

Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia menyampaikan pesan yang kuat megenai SDGs di Indonesia. Jokowi mengatakan bahwa target Indonesia mencapai SDGs tetap harus dicapai pada tahun 2030 meskipun ada pandemi COVID-19. "Diperlukan aksi nyata dalam implementasi SDGs dan kolaborasi antar pemangku kepentingan untuk mempercepat pencapaian SDGs," kata Jokowi.

@CRICProject

CRIC
Kerjasama unik antara kota, pejabat, organisasi masyarakat sipil, dan akademisi menuju kota yang tangguh dan inklusif.

Didanai oleh UE

CRIC
Proyek ini didanai oleh Uni Eropa

Kontak

Hizbullah Arief
hizbullah.arief@uclg-aspac.org

Pascaline Gaborit 
pascaline@pilot4dev.com