Kota Berketahanan Iklim
yang Inklusif

Select your language

Bandar Lampung adalah ibu kota dan kota terbesar di provinsi Lampung, Indonesia. Awalnya bernama Tanjungkarang – Telukbetung, dan terletak di ujung selatan Sumatera. Ukuran kota ini kira-kira 169,21 km2, dengan perkiraan populasi 1.015.910 pada 2017.

Untuk mempelajari lebih lanjut tentang Bandar Lampung dan temuan para ahli CRIC, klik di sini.

Ringkasan kebijakan yang disunting oleh mitra CRIC dari Pilot4Dev, ACR+, ECOLISE, dan AIILSG tersedia di sini.

Laporan Analisis Perkotaan lengkap yang dilakukan oleh panel ahli perkotaan untuk kota Bandar Lampung tersedia di sini. Studi ini berusaha mengidentifikasi karakteristik Bandar Lampung dan kebijakan terkait iklim yang ada dan kesenjangan kebijakan sambil memberikan rekomendasi kepada pejabat Kota Bandar Lampung.

Kota Bandar Lampung ‘akrab’ dengan kejadian banjir yang tiap tahun melanda kota berpenduduk hampir 1,2 juta jiwa ini. Kerentanan terhadap banjir ini perlu diantisipasi di tengah perubahan iklim yang akan memengaruhi kejadian dan intensitas cuaca serta iklim ekstrem.

Kejadian banjir di Kota Bandar Lampung terbagi dua, yakni banjir perkotaan di permukiman penduduk serta banjir di wilayah Daerah Aliran Sungai. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung mencatat ada delapan kecamatan rawan banjir, atau 51 titik di kota.

Kerentanan terhadap banjir di Kota Bandar Lampung disebabkan berbagai hal, seperti berkurangnya daerah resapan air di hulu, perubahan tata guna lahan yang tidak sesuai fungsi dan peruntukannya, penyempitan sungai, juga terkait dengan rancang bangun seperti drainase yang tidak efisien, selain faktor terkait iklim itu sendiri.

Kerugian ekonomi akibat banjir di Kota Bandar Lampung belum secara rinci dikalkulasi. Namun, kejadian banjir di masa lalu telah menyebabkan disrupsi baik pada aktivitas ekonomi, merusak bangunan rumah dan usaha, memaksa warga untuk mengungsi.

Kota Bandar Lampung telah menetapkan isu pengelolaan banjir sebagai isu strategis yang perlu diatasi, salah satunya melalui pengembangan sistem peringatan dini banjir. Untuk itu dibutuhkan pendekatan menyeluruh dari hulu ke hilir dan kolaborasi lintas sektor untuk memastikan keberlanjutan sistem ini. Beberapa inisiatif dan langkah awal telah dilakukan di Bandar Lampung, seperti:

  • Komitmen tinggi Walikota – Walikota Bandar Lampung telah berkomitmen untuk mengatasi banjir dan mendorong pengembangan sistem peringatan dini. Salah satu program yang didorong di Kota Bandar Lampung adalah pembersihan sungai-sungai yang melintasi permukiman agar bersih dari sampah.
  • Dari sisi perencanaan, Kota Bandar Lampung telah mengintegrasikan isu perubahan iklim, dan secara spesifik ketahanan terhadap banjir, ke dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2021-2026.
  • Pelibatan masyarakat dalam upaya membangun kesiapsiagaan terhadap banjir juga mendorong aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim terus didorong. Saat ini telah ada kelurahan yang ditunjuk sebagai lokasi Desa Tangguh Bencana dan pemerintah tengah menyiapkan RW yang akan disiapkan sebagai lokasi Program Kampung Iklim.
  • Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Bandar Lampung memiliki data dan informasi cuaca dan iklim harian yang telah diolah dan disebarkan kepada badan dan dinas lain di kota. Diseminasi ini masih dapat ditingkatkan agar informasi dapat diterima oleh kelompok terdampak.
  • Perguruan tinggi setempat telah membuat purwarupa sensor pengukur ketinggian air yang dapat digunakan.

 

Artikel terkait:

 

Foto: Maria Serenade


15 Jalan Ikan Gurame
, Lampung
Indonesia 

CRIC
Kerjasama unik antara kota, pejabat, organisasi masyarakat sipil, dan akademisi menuju kota yang tangguh dan inklusif.

Didanai oleh UE

CRIC
Proyek ini didanai oleh Uni Eropa

Kontak

Hizbullah Arief
hizbullah.arief@uclg-aspac.org

Pascaline Gaborit 
pascaline@pilot4dev.com